TELUSURI

MOKA KOTA BANDUNG

BERANDA BERITA PENDAFTARAN

Mojang Jajaka Unjuk Kabisa

PRLM -- Gerakan jurus-jurus pencak silat diperlihatkan Gebby dengan sangat luwes. Kepalan dan sikutan tangan divariasi tendangan dan kembang ibingan, diperlihatkan di hadapan juri penilai yang terdiri dari Aat Suratin, Indrawati Lukman dan Ferry Atmadibrata, pada ajang Mojang Jajaka Unjuk Kabisa bertempat di Aula Hotel Bumi Kitri Jalan Cikutra, Bandung, Kamis (24/11).

Mojang Jajaka Unjuk Kabisa merupakan bagian awal dari penilaian tim juri terhadap mojang dan jajaka perwakilan dari 25 Kota dan Kabupaten se Jawa Barat di ajang Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat 2011. Pada sesi Unjuk Kabisa Mojang Jajaka, peserta dituntut memperlihatkan kemampuan yang dimiliki dalam bidang seni budaya.

Tidak jauh berbeda pada penyelenggaraan Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat tahun-tahun sebelumnya, di sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa, peserta lebih banyak memilih menari dan menyanyi. Tercatat ada 21 orang mojang ataupun jajakan yang menunjukan kemahiran melakukan tarian (jaipongan), sembilan orang menyanyi, beladiri (empat orang), dan main musik serta baca puisi masing-masing seorang.

Namun demikian di antara 50 orang mojang dan jajaka tersebut ada beberapa peserta yang memperlihatkan kemampuan dengan sangat terlatih dan tidak cangggung. “Hal inilah yang akan dijadikan point bagi dewan juri untuk memberikan penilaian, karena kalau melihat gerakan tariannya yang masih kaku atau bermain musiknya gugup ataupun grogi, ada kemungkinan sebelum tampil peserta berlatih dadakan,” ujar Mahmudah, S.H., M.M Par., Kasi Usaha Kepariwisataan di Bidang Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, disela-sela rangkaian kegiatan.

Dikatakan Mahmudah, selama ini ada anggapan dari peserta bahwa sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa tidak terlalu berpengaruh besar terhadap penilaian. “Padahal, pada sesi (Mojang jajaka Unjuk Kabisa) ini dewan juri bukan hanya menilai kemampuan peserta mengolah kreativitas dan kemampuan berkesenian, tapi juga pada sesi ini dewan juri dapat melihat sejauhmana peserta mengapresiasikan dan mencintai seni budaya dalam kehidupan dirinya,” ujar Mahmudah.

Meskipun dalam sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa banyak persamaan dengan tahun sebelumnya, menurut Mahmudah pihaknya selaku penyelenggara memberikan penekanan bahwa apa yang dilakukan harus sesuai dengan karakter mojang dan jajaka yang nyunda. Dicontohkannya sosok laki-laki yang melakukan tarian ataupun bernyanyi harus memperlihatkan jati diri seorang laki-laki Sunda.

Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) merupakan ajang pemilihan putra-putri Jabar menjadi duta promosi kesenian,kebudayaan dan pariwisata Jabar yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan seni dan budaya daerah. Karena disadari maupun tidak, masyarakat Jawa Barat sendiri belum banyak mengenal seni budaya dan potensi pariwisata di Jawa Barat.

Setelah sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa, Jumat (25/11) hari ini, seluruh finalis akan mengikuti sesi penilaian ataupun penjurian dari berbagai aspek. Mulai dari pengetahuan umum tentang potensi daerah masing-masing hingga potensi Jawa Barat dan Indonesia.

Karena ke depan para finalis diharapkan mampu menjadi duta promosi seni budaya dan pariwisata, aspek seni budaya dan kepariwisataan akan menjadi titik berat pertanyaan dewan juri.

“Sebab,pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengenal daerahnya sendiri dan karenanya sosok mojang dan jajakan dimasyarakat sebagai duta promosi seni budaya dan pariwisata akan sangat dibutuhkan. Jadi mojang dan jajaka tahun tahun yang akan datang tidak akan dijadikan pajangan ataupun pemanis penerima tamu saat acara seremonial pemerintahan,” ujar Mahmudah. - See more at: http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=news&act=showdetail&id=508#sthash.IlFBiXXW.dpuf
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar